Entah sudah berapa kali kukhatamkan karya tulis Kang Abik ini, tak bosan rasanya ketika harus berkali-kali membacanya. Justru dari setiap kalimat yang kubaca ada saja yang membuatku terilham oleh rangkaian kata-katanya yang begitu menyejukkan. Kalau istilah kerennya sekarang sih “Pembangkit Jiwa” itu pula yang sering ditulis diberbagai media. Memang tak salah rasanya ketika Kang Abik diganjar menjadi Penulis Terbaik se Asia Tenggara, mulai dari buku “Ayat-ayat Cinta”, “Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2”, sampai yang terakhir kubaca “Bumi Cinta” semuanya mendapat apresiasi yang sangat baik. Bahkan di suatu ajang temu penulis di kota ku banyak yang menanyakan kapan karya selanjutnya beredar, dan saya yakin pula penggemarnya di seluruh indonesia-asia pun punya pendapat yang sama. Pertamakali dulu kenal dengan nama Habibburahman El Shirazy sekitar tahun 2008 akhir, tetapi waktu itu belum begitu “ngeh” baru ketika film Ayat-ayat Cinta ditayangkan jadi penasaran dengan si penulisnya. Alhasil bisa membaca buku terlaris itu juga walau dalam versi e-book nya maklum waktu itu masi mikir kalo buat beli novel coz seumur-umur belum pernah yang namanya baca novel đ. Jujur Novel itulah yang membuat pertamakalinya aku bisa menangis hanya karena membaca sebuah novel, untuk novel-novel yang aku baca selanjutnya pun Kang Abik dengan sukses membuat aku bisa menitikkan airmata lagi.
Mungkin ada benarnya juga yang dikatakan oleh Prof. La Ode (Doktor Jebolan Iowa State University, USA) dalam sebuah kata pengantar di Novel Ketika Cinta Bertasbih.
“Sekali saya mulai membaca sebuah kisah didalamnya, saya tidak bisa berhenti dan ingin terus membaca kisah-kisah berikutnya. Aneh. Saya merasa seperti diguna-gunai. Lebih aneh lagi, kenapa saya harus meneteskan airmata. Padahal. jujur saya katakan, cerita-cerita di dalam buku itu sesungguhnya tidaklah asing bagi saya.”
Ya, aku kemudian berfikir… seorang Doktor saja bisa dibuat Kang Abik menumpahkan airmatanya maka pantaslah kalau banyak yang juga angkat jempol buat karya sastra penggugah jiwa ini. Keindahan kalimat yang dirangkai oleh kata-kata yang begitu menyihir pembaca untuk belajar meneladani tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam setiap novelnya, tentu tak akan terlahir dari seorang yang tak mempunyai ketulusan.
“Ketika membaca semua karya Kang Abik yang berbentuk cerita, airmata saya selalu tumpah, hati dan jiwa saya teraduk-aduk. Apalagi ketika membaca novel novel terbarunya ini. Karena itulah saya yakin, bahwa karya-karya Kang Abik itu dikawal oleh malaikat penjaga ketulusan dan cinta yang apa adanya. Dan karya-karya seperti itu hanya bisa ditulis oleh orang-orang yang benar-benar tulus, halus hati dan budinya dan tentu ditulis oleh orang yang punya cinta. Bukankah yang tak punya cinta takkan bisa memberikan cinta? sama seperti orang yang tak punya cahaya takkan bisa memberikan cahaya.”
Akibat membaca novel-novel Kang Abik, kini… ada satu ruang di hati untuk terus selalu menunggu datangnya cahaya-cahaya itu lagi. So, pertanyaanya adalah… apakah kamu juga merasakan cahaya itu ? I Hope So đ